I.
Pengantar
Kehidupan
politik satu negara pasti bertujuan untuk selalu mensejahterakan dan menjamin
hidup rakyatnya ke arah yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan ini negara
tersebut akan mengusahakan satu upaya dengan cara dan dasar untuk bertindak.
Satu cara yang ditempuh kadang kala mengikuti atau melihat gaya politik negara
yang lain yang sukses dengan cara memerintah mereka. Cara atau sistem itu akan
diterapkan sebagian atau seluruhnya di satu negara dengan situasi dan kondisi
yang sesuai dengan negara tersebut.
Dasar atau gaya politik
yang dipakai secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
penting yang ada dalam negara tersebut, yakni salah satunya adalah budaya yang
khas di negara itu. Gaya berpolitik harus sesuai dengan itu. Inilah yang mau
diangkat Machiavelli. Menurutnya gaya politik itu tidak melulu berdiri sendiri
tanpa dapat disentuh. Meskipun politik dapat dipengaruhi, tapi dasar dari
politik itu harus tetap tampak sebagai dasar dari berpolitik. Dia ingin
mengubah sistem politik yang lama yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan
zaman dan harus diganti dengan pola yang baru dan lebih mapan. Ini terjadi di
negaranya waktu ia masih hidup. Inilah yang mendasari Machiavelli mengemukakan
pemikirannya dalam dunia politik dia mengharapkan dengan apa yang dia kemuk akan
dapat membawa dunia politik kearah yang lebih baik.
II.
Riwayat Hidup
Niccolo
Machiavelli lahir pada tanggal 3 Mei 1469 di kota Florence, Italia, pada masa
pemerintahan Lorenzo Agung. Ia adalah putra seorang ahli hukum dan bangsawan
Toskan.[1]
Machiavelli tumbuh dan berkembang menjadi seorang politikus, yang bertolak
belakang dengan harapan ayah dan ibunya. Ayahnya mempunyai harapan, agar
Machiavelli menjadi seorang teknokrat,[2]
sedangkan ibunya mengharapkannya menjadi seorang Imam. Namun, dia tampil sangat
berbeda dari harapan kedua orang tuanya itu. Dia dikenal sebagai seorang
politikus dengan ide-ide yang konkret, praktis, dan peka terhadap
prioritas-prioritas tindakan.[3]
Machiavelli mulai dikenal oleh publik ketika masa pemerintahan Soderini. Pada
tahun 1512, negara Florence kembali dikuasai oleh keluarga Medici Lorence dan
pada masa itu Machiavelli disingkirkan. Pada tahun 1527, Machiavelli meninggal
dunia dengan meninggalkan istrinya Marietta Corsini dan keenam anaknya. Dia
juga meninggalkan paham-pahannya tentang politik yang luar biasa. Machaiavelli
tempatkan dalam kelompok penulis prosa yang besar dari Italia.
III.
Pandangan Niccolo Machiavelli
a.
Uraian atas Realitas Politik
Hidup
Niccolo Machiavelli sebagai seorang politikus penuh dengan perjuangan dan
tantangan yang panjang. Dia banyak mempelajari kehidupan politik di berbagai
bangsa dan negara dan sosok para pemimpin negara itu dalam berpolitik. Dia
berpendapat bahwa ternyata gambaran dari satu negara tercermin dari hidup
politik negaranya.
Machiavelli
mengemukakan gagasanya dengan spontan dan keras. Dia menyampaikan buah
pemikirannya atas politik dan cara pelaksanaan politik tersebut. Dari
gagasannya itu Machiavelli mulai tidak disukai dan dianggap sebagai seorang diktator.[4]
Isi dari gagasannya yang tertulis, mengatakan bahwa dalam dinamika politik terdapat
bentuk seperti anarki kekuasaan. Hal itu ditemukan ketika terjadi perebutan
kekuasaan dalam satu negara yang menghalalkan segala cara, baik itu cara
kekerasan. Para penguasa juga bisa memperluas kekuasaannya ke segala bidang supaya
kekuasaannya tetap bertahan sebelum hancur karena rezim pengganti yang baru.[5]
Dalam tindakan ini Machiavelli melihat adanya permainan politik oleh pemimpin
dan orang yang berkuasa dalam satu negara, sehingga rakyat mudah dibohongi dan
dimanipulasi.
b.
Politik dan Moralitas
Dalam karyanya Sang Penguasa, Machiavelli menyatakan
bahwa dalam diri seorang pemimpin nilai-nilai moral susuh ditemukan. Bagi
mereka nilai moral tidak terlalu penting. Yang penting ialah menjaga dan
menciptakan kekuatan kekuasaan yang stabil dan bertahan. Dengan ini para
penguasa politik sering berindak dengan kekerasan dan cara yang kejam dalam
keadaan yang mendesak demi mempertahankan wilayah kekuasaannya dan masalah yang
harus diselesaikan.[6]
c.
Politik dan Agama
Situasi
negara yang dirasakan Machiavelli mengalami banyak perubahan antaralain,
kemerosotan moral. Hal inilah yang merasuki segala bidang dalam kehidupan yang
menjadi cikal bakal kehancuran dalam satu negara. Ini jugalah yang dialami dan
dirasakan Machiavelli terutama di negaranya sendiri di Italia. Masalah moral
ini tidak saja terjadi dalam kalangan para penguasa politik negara, tapi juga
berakar dalam tubuh Gereja saat itu.
Kejadian
dilihat oleh Machiavelli sebagai satu hal yang sudah terjadi di masa silam dan
terulang lagi saat itu. Agama yang dipengaruhi oleh pemerintah. Dalam kekaisaran
Romawi salah satu yang berperan penting adalah agama kuno Romawi.[7]
Dalam sejarah tercatat bahwa agama-agama kuno Romawi beraliran teokrasi,[8]
yang menganggap seorang kaisar sebagai titisan dewa. Paham kuno inilah yang
hendak direformasi oleh Machiavelli.
Machiavelli
mengharapkan dengan reformasi religius itu, agama menjadi sarana untuk
meningkatkan semangat patriotis, menjaga tata tertib dan menjadi pendukung
lembaga-lembaga politik. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kekuasaan, agama
harus tunduk kepada negara.[9]
IV.
Sumbangan Paham Machiavelli bagi Sebuah Pemerintahan.
Gagasan Niccolo
Machiavelli dipaparkan dengan cara yang berbeda dari para filsuf sebelumnya
yang menyampaikan paham tentang politik berdasarkan paradigma teokratik
rasionalistik dan dipaparkan dengan cara doktriner dan dogmatis. Dia
menyampaikan pahamnya berdasarkan contoh-contah dalam pemerintahan
Yonani-Romawi kuno dan dari fakta-fakta yang ada dalam zaman yang ada pada saat
dia hidup serta memaparkanya dengan praktis dan realistis. Hal itulah yang
dikehendaki oleh Machiavelli terjadi dalam setiap pemerintahan di setiap negara
demi tujuan kesejahteraan rakyat.[10]
Tapi, pendapat
Machiavelli tidak diterima sebagai satu filsafat politik, hal itu lebih
cenderung pada hal yang berkaitan dengan diplomatis saja. Oleh karena itu gelar
yang dikenakan kepadanya sebagai “bapa ilmu politik” ditolak oleh beberapa
tokoh. Alasan lain untuk menentang Machiavelli ialah bahwa karya-karyanya itu
kurang ilmiah.[11] Karya
Machiavelli yang berjudul Il Principe,
serta seluruh karyanya yang lain dimusnahkan atas perintah Inquisisi konsili
trente, dia juga dianggap sebagai atheis oleh gereja katolik dan gereja
reformasi. Selain itu dia juga dituduh sebagai seorang yang licik, curang, hipokrit,
busuk dan tak bermoral.[12]
Pada
abad XIX nama baik dari Machiavelli mulai dipulihkan, ajaran-ajarannya mulai
diterapkan oleh beberapa negara. Beberapa pemikiran yang dikemukakan Machiavelli
mulai dipakai beberapa tokoh. Gagasannya diterima oleh Rousseau dan beberapa
tokoh lainnya, namun ada juga diktator terkenal dan beberapa tokoh yang
menganut ajaran Machiavelli. Para diktator ini salah dan keliru menafsirkan
gagasan dari Machiavelli. Beberapa tokoh itu ialah Napoleon Bonaparte, Adolf
Hitler, dan Benito Mussolini. Dalam surat Machiavelli kepada Francesco Vettori
dibuktikan bahwa semua tafsiran mereka keliru.[13]
V.
Relevansi Pandangan Machiavelli dengan Sistem Pemerintahan di Indonesia.
Nicolo
Machiavelli memberikan gagasannya demi perubahan dan perkembangan negara dan
agama.[14]
Latar belakang pemikirannya yakni mengembalikan kejayaan kehidupan Romawi kuno.[15]
Menurut Machiavelli ada tiga fungsi dari agama yaitu, menyatukan negara,
sebagai lembaga sosial yang mengarah pada hal-hal sekuler, dan fungsi yang
ketiga agama harus berada dibawah kuasa negara seperti pada zaman Romawi Kuno. Dalam kaitannya dengan manusia, karyanya
Il Principe, manusia dihubungkan dengan zaman renaisans.[16]
Dalam pemerintahan Romawi Kuno kaisar dianggap sebagai titisan dewa yang
mengatur hidup riligius dan kuasa pemerintahan.
Di sini kaisar berperan menuntun manusia kearah yang jauh dari kehendak
sendiri yang penuh dengan nafsu pribadi.
Dalam
mewujudkan tujuan negara, yakni kesejahteraan dan hidup rukun rakyat, kadang
para pemimpin sering menempuh jalan yang kurang tepat. Jalan yang dipakai
sering menggunakan jalan alternaif yang merugikan banyak hal. Alasan
kesejahteraan itu sering mengorbankan moral, hukum yang tidak diindahkan, dan
masyarakat sendiri. Tujuan umum adalah region
di stato, kesejahteraan umum.[17]
Kehendak para penguasa untuk tetap berada dalam tampuk kekuasaan dapat
menghalalkan segala cara demi kekuasaan tersebut. Tujuan negara untuk
kesejahteraan itu kadang sudah menjadi kabur karena tujuan lain dari penguasa,
yakni kekuasaan itu sendiri. Sewenang-wenang dan otoriter adalah kata kunci
terhadap pandangannya.[18]
Paham dan gagasan
Machiavelli di negara Indonesia ini kurang lebih terdapar persamaan dan
perbedaan dalam sistem politik yang dipakai pemerintah. Gagasan itu sudah
dimulai dari sejah awa priode pemerintahan di Indonesia dan sampai priode ini. Periode
pertama pada masa pemerintahan Soekarno. Seperti dalam kekaisaran romawi pada
abad-abad pertengahan agama memiliki peran yang besar dalam tubuh pemerintahan.
Sama halnya dalam pemerintahan Soekarno. Pada masa ini agama memiliki peran
besar dalam pemerintahan. Kekuatan agama
lebih tinggi dibandingkan dengan negara, khususnya agama islam. Secara tidak
langsung hal itu tidak tampak begitu saja, tapi sistem politik negara sungguh
kental oleh agama tersebut. Satu bentuk kekuatan dari pihak agama yang
berpengaruh yakni agama Islam membentuk suatu partai disebut SI (Serikat
Islam).[19]
Kekuatan dari partai ini sengat berpengaruh dalam pemerintahan Indonesia. Hal
inilah yang ditentang oleh Machiavelli bahwa ada hal yang mempengaruhi sistem
politik seperti agama tersebut.
VI. Penutup
Tujuan
satu negara atau kerajaan selalu ingin meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyatnya. Untuk menempuh atau mencapai
tujuan itu negara mesti mempunyai satu cara atau sistem yang baik dan sesuai
dengan kehidupan serta budaya rakyatnya sendiri. Cara negara dalam bertindak
itu dikenal dengan satu sistem politik yang dijalankan oleh para penguasa
negara atau pemimpin negra. Politik itu selalu berubah dalam perkembangan zaman
sesuai dengan tuntutanya. Apa yang kurang dalam masa yang silam harus
diperbaharui dalam zaman yang sekarang, serta juga dengan melihat nilai-nilai
lain yang tidak bisa dikorbankan begitu saja.
Machiavelli mengemukakan
gagasannya tentang politik ketika dia melihat negaranya sudah tidak cocok
dengan sistem politik yang ada saat itu. Politik itu harus diperbaharui dengan
kembali mempertimbangkan kenyataan-kenyatan yang ada sebagai dasar untuk
bertindak atau dasar politik untuk meningkatkan tujuan negrara itu. Dia
mengemuakan pahamnya dengan harapan dan tujuan membawa negara yang berada dalam
situasi politik yang kacau kepada satu negara yang damai dan sehjahtera. Namun,
pahamnya itu dalam perjalanan waktu ditafsir oleh orang-orang yang hanya haus
oleh kekuasaan secara tidak benar. Paham Machiavelli menjadi alasan dari
ketamakan mereka, padahal itu sangat keliru.
Paham yang ditafsir
secara keliru itu sempai saat ini masih dapat kita lihat dalam perjalanan hidup
politik beberapa negara. Tapi, dengan mengerti paham yang sebenernya yang
dimaksudkan Machiavelli diharapkan kita bisa sampai pada satu cara memerintah
yang baik dan benar dan dapat melihat cara mana yang tidak benar dalam tindakan
politik yang selalu beralasan kesejahteraan rakyat. Pahamnya yang luar biasa
itu masih dipakai oleh para peminpin negara di dunia ini sampai sekarang.
Daftar Pustaka
Burt, L. A. (ed.), Niccolo Machiavelli; Sang Penguasa
(judul asli: Il Principe),
diterjemahkan oleh C. Woekirsari. Jakarta:
PT. Gramedia,
1987.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Forum Keadilan Edisi
Khusus 50 Tahun Indonesia Merdeka.
Agustus 1995.
Hardiman, F. Budi. Fisafat Modern Dari
Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta:
Garamedia Pustaka Utama,
2004.
Rapar, J.H., Filsafat Politik Machiavelli.Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Hujibers, Theo, Filsafat Hukum dan Modern dalam Lintasan
Sejarah. Yogyakarta:
Kanisius, 1988.
Majalah Tempo. Tjokroaminoto. Edisi 15-21Agustus 2001.
[1]F. Budi
Hardiman, Filsafat Modern Dari
Machiavelli sampai Nietzsche (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.16.
[2] Teknokrat
adalah cendekiawan yang berkiprah dalam dunia pemerintahan. [Lihat Departemen
pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Jilid III (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003),hlm.1158.
[3] L. A. Burt (ed.), Niccolo Machiavelli; Sang Penguasa (judul asli: Il Principe), diterjemahkan oleh C.
Woekirsari (Jakarta: PT. Gramedia, 1987), hlm. xix.
[5]L. A.
Burt (ed.), Niccolo Machiavelli: Sang
Penguasa (judul asli: IlPrincipe),
diterjemahkan oleh C. Woekirsari (Jakarta: PT Gramedia, 1987), hlm.xix.
[7]Agama kuno Romawi adalah agama yang memuliakan tindakan manusia.
Agama kuno itu berpihak pada manusia yang penuh aksi. [Lihat L. A. Burt (ed.), Niccolo…,hlm. xxxvi.
[8]Teokrasi
adalah cara memerintah negara berdasarkan kepercayaan bahwa Tuhan langsung
memerintah negara, hokum negara yang berlaku adalah hokum Tuhan, pemerintahan
dipegang oleh ulama atau organisasi keagamaan. [Lihat Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar…, hlm. 1177.]
[10] J.H. Rapar, Filsafat Politik Machiavelli, (Jakarta: Rajawali
Pers, 1990), hlm. 2.
[11]J. H.
Rapar, Filsafat Politik…, hlm. 2.
[15]A.
Gunawan Setiardja, dialektika Hukum dan
Moral Dalam pembangunan Masyarakat Indonesia (Jakarta: Kanisius
Dan BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 26.
[16]Renaisans
adalah masa peralihan dari abad pertengan ke abad modern di Eropa (abad
ke-14-ke-17) yang ditandai oleh perhatian kembali kepada kesussastraan klasik,
berkembangnya kesenian dan kesussastraan baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan
modern [Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar…, hlm946].
[17]Theo
Hujibers, Filsafat Hukum dan Modern dalam
Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm.
Salam saya telah share artikel ini di dalam www.sysalqradio.com sebagai tatapan umum sambil merujuk nama Tuan sebagai penulisnya. Diharap mendapat restu Tuan.
BalasHapusBlog yang menarik, mengingatkan saya akan Niccolo Machiavelli (imajiner), “Machiavellianism” adalah istilah negatif yang digunakan secara luas untuk menggambarkan politikus tak bermoral seperti gambaran Niccolo yang masyur di buku “The Prince.
BalasHapusSaya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/02/wawancara-dengan-niccolo.html.