Johanes Paulus II
Pengantar
Tugas
Perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih jauh
dari yang diharapkan. Tugas perutusan ini masih dalam tahap awal. Atas nama Gereja merupakan suatu kewajiban yang
mendesak bagi kami untuk menyerukan kembali seruan Santo Paulus tentang
pemberitaan Injil.
Konsili Vatikan II berusaha
menekankan “Hakekat Misianer” Gereja, dengan melandaskannya pada tugas
perutusan Tritunggal. Konsili telah menghasilkan banyak buah dalam bidang
kegiatan misioner. Kehadiran komunitas-komunitas Kristiani semakin lebih jelas
dalam kehidupan bangsa-bangsa dan persekutuan di antara Gereja-gereja telah
menyebabkan mereka saling membagikan kekayaan rohani dan harta benda. Dari
Kekristenan ini, ada suatu kecendrungan negatif yang tidak dapat dipungkiri,
dan Dokumen ini dimaksudkan untuk membantu mengatsinya. Kami ingin mengajak
Gereja untuk memperbaharui keterlibatan misionernya, yaitu pembaharuan iman dan
kehidupan Kristen.
Apa yang menggerakkan kami adalah
kenyataan bahwa penginjilan itu merupakan pelayanan utama yang dapat
disumbangkan Gereja kepada setiap orang dan kepada semua umat manusia dalam
dunia medern. Alasan-alasan dan tujuan lain ialah untuk menanggapi permintaan
yang banyak akan dokumen seperti ini, untuk menghilangkan keraguan dan
kemenduaan dengan karya misioner kepada para bangsa, memperkuat saudara dan
saudari yangb patut diteladani dalam keterlibatanya dalam karya misioner,
membantu perkembangan panggilan misioner, dan lainnya. Semua ini hanya memiliki
satu tujuan saja, yakni melayani manusia dengan menyingkapkan kepada mereka
cinta kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus.
BAB I
Yesus Kristus
Sang Penelamat Satu-Satunya
Fungsi findamental Gereja di
setiap zaman, dan terutama di zaman kita ini adalah mengarahkan pandangan,
kesadaran, dan pengalaman seluruh bangsa manusia kepada misteri Kristus, dan
membantu sekalian orang untuk mengenal dengan sungguh Penebus, Yesus Kristus.
Tugas perutusan universal Gereja lahir dalam iman akan Yesus Kristus, sebagai
mana dalam pengakuan iman kita yang bercorak Trinitas. Hanya dalam imanlah
tugas perutusan Gereja dapat dipahami dan hanya di dalam imanlah tugas
perutusan itu menemukan landasannya.
Kristus-lah Penyelamat Tunggal
bagi semua, satu-satunya Penyelamat yang mampu mewahyukan Allah dan menghantar
kepada Allah. Dan keselamatan tidak ada dalam siapa pun juga, selain di dalam
Dia, sebab keselamatan hanya bisa datang dari Yesus Kristus bagi semua orang,
baik Yahudi maupun di luar Yahudi.
Dalam
Injil santo Yohanes, universalitas keselamatan dalm kristus mncakup semua segi
dari tugas perutusan rahmat, kebenaran, dan pewahyuannya. Pewahyuan Allah
menjadi definitif dan penuh melalui Putra-Nya yang Tunggal. Pewahyuan Allah
yang definitif ini merupakan alasan dasariah mengapa Gereja dari hakekatnya
bercorak misioner.
Gereja adalah mempelai Kristus,
ahli waris pertama keselamatan yang di dalamnya Kristus berdiam dan
melaksanakan tugas perutusan-Nya. Gereja percaya bahwa Allah telah menetapkan
Kristus sebagai satu pengantara dan Gereja itu sendiri ditetapkan sebagai
sakramen penyelamatan yang universal. Universalitas keselamatan berarti bahwa
keselamatan itu tidak dianugerahkan hanya kepada orang yang percaya akan
Kristus dan telah masuk anggota Gereja, tetapi keselamatan ditawarkan secara
nyata kepada semua orang. Rahmat ini membuat setiap orang mampu mencapai
keselamatan brkat kerjasama mereka yang bebas dengan rahmat tersebut. Karena
alasan inilah Konsili, setelah
menegaskan Misteri Paskah, lebih lanjut mengatakan bahwa ini tidak saja berlaku
hanya bagi orang Kristen, tetapi juga bagi semua orang yang berkehendak baik.
Dengan menghormati kepercayaan dan
kepekaan dari semua pihak, pertama kita harus menegaskan iman kita akan
Kristus, yang telah kita terima sebagai karunia dari tempat tinggi, dan bukan
dari kerja dan usaha sendiri.
BAB II
Kerajaan Allah
Kristus merupakan perwahyuan dan
penjelmaan dari Allah Bapa. Keselamatan berarti percaya dan menerima misteri
Bapa dan misteri cinta-Nya yang dinyatakan dalam Yesus melalui Roh. Dengan cara
ini Kerajaan Allah akhirnya terpenuhi, dilaksanakan di dalam Kristus dan oleh
Kristus.
Yesus menerima roh Kudus setelah
pembabtisan-Nya, memperjelas panggilan mesianis-Nya. Yesus sendirilah “Kabar
Baik” itu sebagai mana dinyatakan Yesaya tentang Orang Yang Terurapi itu , yang
diutus oleh Roh Tuhan. Dia memberitakan “Kabar Baik” tidak hanya dengan perkataan
dan perbuatan-Nya saja, melainkan dengan dirinya sebagai mana adanya.
Kerajaan yang didirikan oleh Yesus
adalah Kerajaan Allah, yesus sendiri mewahyukan siapa Allah yang disapa-Nya
dengan sebutan mesra “Abba”. Secara perlahan Ia menyingkapkan ciri-ciri dan
tuntutan-tuntutan dari Kerajaan itu melalui kata-kata, tindakan dan diri
pribadi-Nya sendiri. Ada
dua hal yang menjadi ciri khas dari tugas perutusan Yesus, yaitu menyembuhkan
dan mengampuni. Dengan melakukan tindakan penyembuhan, Dia mengundang orang
untuk percaya, bertobat dan merindukan pengampunan.begitu ada iman, penyembuhan
merupakan suatu dorongan yang tertuju pada penyelamatan.
Dengan membangkitkan Yesus dari
kematian, Allah telah mendirikan kerajaan-Nya secara definitif. Penderitaan, Kebangkitan,
dan Kenaikan-Nya ke surga ikut ambil bagian dalam daya kekuatan Allah dan di
dalam kekuasaan-Nya atas dunia. Para murid
mengakui bahwa Kerajaan itu sudah hadir dalam diri Yesus.
BAB III
Roh Kudus Pelaku Utama Tugas
Perutusan
Pada puncak perutusan mesianis
Yesus, Roh Kudus hadir dalam Misteri Paskah yang kini melanjutkan karya
penyelamatan yang berakar dalam korban Salib. Yesus mempercayakan ini kepada
umat manusia, yaitu para Rasul dan kepada Gereja. Melalui mereka Roh Kudus
tetap merupakan pelaku utama dan transenden. Kristus mengeutus miliknya sendiri
ke dunia, sebagai mana Bapa mengutus Dia, dan pad akhirnya Dia memberikan
kepada mereka Roh-Nya.
Sesudah Kebangkitan dan Kenaikan
Yesus, para rasul memiliki suatu pengalaman yang kaut yang sama sekali mengubah
mereka. Datangnya Roh Kudus telah membuat mereka menjadi saksi-saksi dan
nabi-nabi. Roh memenuhi mereka dengan keberanian yang tenang yang mendorong
mereka menyampaikan kepada orang lain pengalaman mereka akan Yesus serta
harapan yang menggerakkan mereka.
Roh mengantar orang beriman
membentuk suatu persekutuan menjadi Gereja. Salah satu tujuan sentral tugas
perutusan adalah mengumpulkan orang-orang untuk mendengarkan Injil, dalam
persekutuan persaudaraan, dalam doa, dan dalam Ekaristi. Hidup dalam
persekutuan persaudaraan berarti menjadi sehati sejiwaserta membangun
persahabatan dalam segala segi. Persekutuan yang pertama terdiri atas hati yang
gembira dan tulus, terbuka dan bercorak misioner.
Roh menyatakan dirinya sendiri
secara khusus dlam para anggotanya. Namun, kehadirannya dan kegiatannya itu
bersifat universal, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Roh memberikan kepada
umat manusia terang dan kekuatan untuk menanggapi panggilannya yang teramat
luhur. Kegiatan dan kehadiran Roh itu mempengaruhi masyarakat dan sejarah,
bangsa-bangsa, kebudayaan dan agama. Roh itu brada di asal- muasal cita-cita
dan usaha luhur yang bermanfaat bagi umat manusia dalam perjalanannya sepanjang
sejarah. Sejarah umat manusia, telah banyak mengetahui hal yang utama yang
mendorong penyebarluasan karya misioner, dan Gereja senantiasa dituntun oleh
Roh. Skarang ini Gereja harus menghadapi tantangan-tantangan lain dan bergerak
maju terus menuju hal-hal yang baru, baik dalam tugas perutusan pertama kepada
para bangsa, maupun dalam penginjilan baru terhadap orang-orang baru yang telah
mendengar warta tentang Kristus.
BAB IV
Luasnya Cakrawala
Tugas Perutusan kepada Para Bangsa
(Ad Gentes)
Tuhan mengutus Para Rasul-Nya kepada
setiap orang, bangsa, dan tempat di bumi. Dalam para Rasul Gereja memperoleh
tugas universal suatu yang tidak mengenal batas-batas apapun yng menyangkut
penyampaian keselamatan dalam keutuhannya menurut kepenuhan hidup yang dibawa
oleh Kristus sendiri. Tugas perutusan ini adalah sattu dan tak terbagikan
karena memiliki satu asal dan satu tujuan akhir.
Dewasa ini kita menghadapi suatu
situasi keagamaan yang sangat bervariasi dan berubah-ubah. Kenyataan-kenyataan
sosial dan keagamaan yang semula jelas dan dirumuskan dengan baik, dewaa ini semakin
bertambah rumit saja. Kekhwatiran ini memperlihatkan adanya suatu perubahan
yang nyata yang memiliki suatu segi positif kembalinya berbagai bentuk tugas-
tugas perutusan ke dalam perutusan Gereja.
Tugas perutusan kepada para bangsa
menghadapi suatu kewajiban yang sangat besar, yang sama sekali tidak akan
lenyap, dari sudut angka perkembangan jumlah penduduk, maupun dari sudut
sosio-budaya berupaya munculnya hubungan-hubungan dan konyak-kontak yang baru serta situasi
yang berubah tugas perutusann nampaknya memiliki suatu cakrawala yang lebih
luas.
Berdasarkan perintah universal
dari Kristus maka tugas perutusan kepada para bangsa tidak mengenal
batas-batas. Gereja tidak mau membiarkan kehadiran misionernya dihalangi oleh
batas geografis atau pun rintangan politis. Tetapi adalah benar juga bahwa
keguatan misioner kepada para bangsa
yang berbeda dengan reksa pastoral kaum beriman dilaksanakan dalam wilayah dan
kelompok orang yang jelas batas-batasnya.
Gereja mesti setia kepada Kristus,
karena Gereja adalah Tubuh-Nya dan penerus tugas perutusa-Nya. Gereja tidak
bisa tidak harus menempuh jalan yang sam, yang dilalui Kristus yaitu jalan
kemiskinan, ketaatan, pelayanan ,dan pengurbanan diri sampai mati. Maka Gereja
diharuskan untukmelakukan segala sesuatu yang mungkin untuk melaksanakan tugas
perutusanya di dunia untuk mencapai segala bangsa.
BAB V
Lorong-Lorong yang Ditempuh Tugas
Perutusan
Bentuk kesaksian yang pertama
ialah kehidupan dari para misioner sendiri, dan keluarga Kristen, dan dari
persekutuan Gereja yang menyingkapkan suatu cara hidup yang baru. Misionaris
yang menghayati hidup sederhana dengan mengambil Kristus sebagai model, yang
merupakan tanda dari Allah dan tanda dari realitas transenden. Kesaksian
injili, yang paling bmnerik bagi dunia adalah perhatian terhadap orang-orang,
dan menaruh cinta kasih terhadap orang-orang miskin, yang lemah, dan yang
menderita.
Gereja dipanggil untuk memberi
kesaksian tentang Kristus dengan mengambil sikap yang berani dan profetis, di
hadapan kelaliman penguasa politik atau penguasa ekonomi dengan mencari
kemuliaan dan kekayaan sendiri.pewartaan tetaplah merupakan prioritas dari
tugas perutusan. Gereja tidak dapat mengindari perintah yang jelas dari
Kristus, atau pun tidak dapat memisahkan orang dari “Kabar Baik” tentang
kenyataan bhwa mereka dicintai dan diselamatkan Allah.
Dalam kenyataan tugas yang sulit
itu, pewqarta awal memiliki peranan yang sentral dan tiada tergantikan, oleh
klarena pewarta awal itu memperkenalkan manusia ke dalam misteri cinta kasih
Allah. Inti pokok dari pewartaan adalah Kristus yang disalibkan, wafat, dan
bangkit, melalui Dia kita benar-benar dibebaskan secara penuh dari kejahatan,
dosa, dan kematian, dan melalui Dia, Allah memberikan hidup yang baru, yaitu
hidup ilahi dan abadi.
Pertobatan kepada Kristus
digabungkan dengan Pembabtisan. Hal ini bukan disebabkan karena peraktek Gereja
belaka, melainkan juga karena kehendak Kristus sendiri yang mengutus para Rasul
untuk menjadikan seluruh bangsa mejadi murid dan membabtis mereka. Pertobatab
digabungkan dengan Pembabtisan juga karena kebutuhan intrinsik untuk menerima
kepenuhan hidup yang baru di dalam Kristus. Semua ini perlu dikatakan oleh
karena tidak sedikit orang dalam daerah-daerah yang tercakup dalam tugas perutusan
kepada para bangsa cendrung memisahkan pertobatan kepada Kristus dari
Pembabtisan, dengan memandang Pembabtisan itu tidak trlalu perlu.
Pertobatann dan Pembabtisan
membuka jalan masuk ke dalam Gereja yang sudah ada ataupun memerlukan
dibangunnya komunitas-komunitas baru yang mengakui Yesus sebagai Penyelamat dan
Tuhan. Ini merupakan tujuan dari tugas perutusan kepada para bangsa, yakni
mendirikan komunitas Kristen dan mengembangkan Gereja menuju kematangannya yang
penuh.
Dengan mengadakan kegiatan misioner,
Gereja berjumpa dengan kebudayaan yang berbeda dan terlibat dalam proses
inkulturasi. Proses masuknya Gereja ke dalam kebudayaan para bangsa adalah
suatu proses yang panjang. Suatu transformasi nilai-nilai kebudayaan otentik
secara mendalam melalui proses integrasi mereka ke dalam Kekristenan dan
meresapnya Kekristenan ke dalam berbagai klebudayaan umat manusia. Melelui
inkulturasi,Gereja menjelmakan Injil dalam kebudayaan yang berbeda-beda yang
serentak membawa masuk para bangsa bersama dengan kebudayaan mereka ke dalam
persekutuan Gereja sendiri.
Selain itu, ada dialog antar-agama
yang merupakan bagian dari misi penginjilan Gereja. Jika dipahami sebagai
metode dan sarana-sarana untuk saling memperkaya dan saling mengenal maka
dialog ini tidak bertentagan dengan tugas perutusan kepada para bangsa. Dalam
Kristus, Allah memanggil semua orang kepada dirinya sendiri dan Ia ingin
membagikan kepenuhan dari pewahyuan seta cinya-Nya dengan mereka. Dialog
dituntut oleh suatu rasa hormat yang mendalam akan segala sesuatu yang telah
dihasilkan dalam diri umat manusia oleh Roh yang bertiup kemana saja
dikehendakinya. Melalui dialog, Gereja berusaha menemukan benih-benih Sabda,
suatu percikan sinar yang memantulkan cahaya Kebenaran yang menerangi semua
manusia.
BAB VI
Para Pemimpin dan Para
Pekerja
Dalam Kerasulan Misioner
Keduabelas rasul merupakan
orang-orang pertama yang harus bekerja dalam tugas perutusan universal Gereja.
Mereka merupakan kelompok kolegial dari tugas perutusan itu. Mereka telah
dipilih Yesus untuk hidup bersama-Nya dan untuk diutus kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel.
Di samping para Rasul, ada juga tokoh-tokoh lain yang lebih kecil yang
hendaknya tidak boleh diabaikan begitu saja. Kelompok ini mencakup
individu-individu, kelompok dan persekutuan. Gereja perdana menghayati tugas
perutusannya sebagai sebagai tugas persekutuan, dengan mengakui di
tengah-tengah mereka misionaris yang dikhususkan kepada orang-orang bukan
Yahudi.
Apa yang telah dilakukan pada
permulaan Kekristenan untuk mengembangkan tugas perutusan universalnya,
sekarang ini masih tetap sah dan mendesak. Gereja dari kodratnya bersifat
misioner, oleh karena itu perintah Kristus bukanlah suatu yang tergantung,
tetapi merupakan inti terdalam dari Gereja.
Tepat sebagaimana Tuhan Yang
Bangkit memberikan perintah misioner universal kepada Para Rasul dengan Petrus
sebagai pemimpinnya, demikian juga tanggungjawab yang sama ini terutama
terletak pada pundak para Uskup, yang dikepalai oleh pengganti Petrus. Para
Uskup bertanggungjawab atas penginjilan dunia, baik sebagai anggota para Uskup,
juga sebagai Gembala Gereja setempat. Penyelenggaraan pewartaan Injil di
seluruh dunia merupakan kewajiban badan para Gembala, yang semuanya
bersama-sama menerima perintah Kristus.
Setiap Uskup sebagai Gembala dalam
Gereja setempat, mempunyai suatu kewajiban misioner yang tebentang luas. Dialh
yang bertugas sebagai pemimpin dan pusat kesatuan kerasulan keuskupan, untuk
memajukan, memimpin dan mengkoordinasi kegiatan misioner.
Meskipun setiap murid Kristus
mengemban beban untuk menyiarkan iman sekedar kemampuannya, Kristus Tuhan dari
antara murid-murid-Nya selalu memanggil mereka yang dikehendaki-Nya, untuk
tinggal bersama dengan-Nya, dan untuk diutus mewartakan Injil kepada para bangsa.
Karena itu apa yang tercakup disini adalan suatu Panggilan khusus yang
dipolakan berdasarkan pada panggilan Para Rasul. Panggilan khusus dari para
misionaris ini merupakan model dari keterlibatan misioner Gereja, yang
senantiasa yang masih tetap membutuhkan penyerahan diri yang sepenuhnya.
Sebagai rekan sekerja para Uskup,
para imam dipanggil berdasarkan pada Sakramen Tahbisan Imamat untuk ikut ambil
bagian dalam kepedulian akan tugas perutusa Gereja. Anugrah rohani yang
diterima para imam dalam tahbisan tidak mempersiapkam mereka untuk satu utusan
yang lebih sempit, melainkan untuk perutusan keselamatan yang sangat luas dan
universal. Karena alasan inilah, didikan para calon imam mesti diserahkan pada
usaha memberikan mereka jiwa yang benar katolik.
Dari kekayaan roh yang
berkelimpahan dan beraneka ragam, keluarlah panggilan untuk Lembaga Hidup
Bakti, yang para anggotanya membaktikan diri kepada pelayanan Gereja dengan
pengudusan dirinya berkewajiban untuk berkarya secara khusus dalam kegiatan
misioner. Konsili mengundang Lembaga Kontemplatif untuk membangun komunitas di
Gereja-gereja muda, supaya memberikan kesaksia yang cemerlang di antara umat
yang bukan Kristen. Kehadiran ini bermanfaat di seluruh dunia non-Kristen,
khususnya di wilayah dimana tradisi
keagamaan sangat menjunjung tinggi hidup kontemplatif.
Seluruh umat berkewajiban
melaksanakan tugas perutusan kepada para bangsa. Kaum awam, sebagai pribadi,
keluarga, dan seluruh persekutuan ikut ambil bagia dalam tugas menyebarluaskan
iman. Perlunya semua kaum beriman ikut ambil bagian dalam tanggungjawab ini
bukanlah soal usaha untuk lebih mengefektifkan kerasulan saja. Ini adalah hak
dan kewajiban ya g dilandaskan pada martabat permandian mereka. Melalui
permandian itu kaum awam beriman berpartisipasi, demi bagian mereka di dalam
perutusan rangkap tiga dari Kristus, yaitu Imam, Nabi, dan Raja.
Di antara kaum awam yang menjadi
penginjil, para katekis memnduduki tempat yang terhormat. Dekrit tenteng
Kegiatan Misioner Gereja berbicara tentang mereka sebagai barisan yang pantas
dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa,
yakni barisan para katekis yang dijiwai semangat merasul. Perluasan pelayanan
yang diberikan oleh awam baik di dalam maupun di luar Gereja, kebutuhan akan
pelayanan dari para katekis tetap selalu ada. Katekis-katekis adalah spesialis,
orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil yang tiada
tergantikan, yang sebagaimana sering diungkapkan dalam perjalanan-perjalanan
misioner, memperlihatkan kekuatan dasariah dari komunitas-komunitas Kristen,
khususnya dalam Gereja-gereja yang muda.
Disamping katekis-katekis, mesti disebut juga cara-cara lain untuk
melayani Gereja dan tugas perutusannya, yaitu petugas Gereja yang lain.
BAB VII
Kerja-Sama dalam Kegiatan Misioner
Kerjasama misioner berakar dan
hidup, terutama dalam persatuan pribadi denga Kristus. Karen aitu hal ikut
ambil bagian dalam tugas perutusan uiversal tidaklah terbatas pada
kegiatan-kegiatan spesifik tertentu saja, melainkan merupakan suatu tanda
kematangan di dalam iman dan kehidupan Kristen yang menghasilkan buah.
Kerjasama itu terutama sekali diungkapkan dengan memajukan panggilan-panggilan
misioner, bahwa keterlibatan yang penuh dan berlaku seumur hidup terhadap karya
perutusan mendapat tempat kedudukan yang pertama, khususnya dalam
lembaga-lembaga dan kongregasi-kongregasi. Tugas-tugas perutusan terutama
sekali dilaksanakan oleh pria dan wanita yag berbakti sepanjang hidup kepada
karya Injil dan dipersiapkan untuk pergi keseluruh dunia membawa keselamtan.
Hari Misi se-Dunia yang berusaha
mempertinggi kesadaran akan tugas-tugas perutusan, juga untuk mengumpulkan dana
bagi karya misi itu, merupakan suatu tanggal yang penting bagi kehidupan
Gereja.
Sekarang ini, kerjasama meliputi
bentuk-bentuk baru tidak hanya ekonomis saja, melainkan juga berupa partisipasi
langsung. Pariwisata internasional sekarang ini telah menjadi suatu fenomena
masal yang merupakan suatu perkembangan yang positif yang jika para wisatawan
itu memelihara suatu sikap hormat dan kerinduan akan hal saling memperkaya
kebudayaan timbal-balik, dengan menghindarkan sikap yang berlagak-lagak dan gaya hidup memboros, dan
dengan berusaha membina hubungan dengan orang lain.
Mengunjungi tanah misi merupakan
suatu tindakan yang patut dipuji, khususnya bagi pihak kaum muda yang pergi ke
san untuk melayani dan memperoleh suatu penglaman yang padat tentang kehidupan
Kristen. Kerjasama misioner dapat juga melibatkan para pemimpin politik,
ekonomi, kebudayaan dan kewartawanan, juga para ahli dari berbagai badan
internasional. Ada
satu saling ketergantungan yang sedang meningkat antara para bangsa, dan hal
ini merupakan suatu rangsangan bagi kesaksian dan penginjilan Kristen.
Pembinaan misonaris merupakan
tugas Gereja setempat dan tidak boleh dipandang sebagai kary asampingan belaka,
melainkan sebagai suatu katya sentral bagi kehidupan Kristen. Denga memandang
tujuan ini, terasa perlulah menyebarluaskan informasi melalui
penerbitan-penerbitan misioner dan bantuan-bantuan saran audiovisual. Pembinaan
semacam itu dipercayakan kepada para imam dam rekan sekerjanya, kepada para
pendidika dan para guru, dan kepada para teolog, teristimewa kepada mereka yang
mengajar di seminari-seminari dan di pusat-pusat pembinaan kaum awam.
Kegiatan-kegiatan yang diarahkan
untuk memajukan minat terhadap tugas-tugas perutusa mesti senantiasa
disesuaikan dengan tujuan khusus ini, yaitu memberikan informasi dan membentuk
Umat Allah auntuk ikut ambil bagian di dalam tugas perutusan Gereja memajukan panggilan
kepada para bangsa. Peranan penting di dalam karya yang mengusahakan kemajuan
ini, terletak pada Serikat-serikat Kerasulan Kepausan. Oleh karena itu mereka
berada di bawah bantuan Paus dan Kerekanan Para Uskup. Tujuan lain dari serikat
ini ialah membantu mendorong panggilan sepanjang hidup untuk mengabdi kepada
para bangsa dalam Gereja yang lebih tua dan yang muda.
Bekerjasama dalam kegiatan
misioner tidak hanya sekedar memberi saja melainkan juga menerima. Kami
mendesak semua Gereja dan para Uskup, imam-imam, dan biarawan-biarawan dan para
awam, agar bersikap terbuka terhadap ciri universal dari Gereja, dan agar
menghadirkan sertiap bentuk kedaerahan dan ketertutupan.
Dan lain pihak, Gereja-gereja muda lebih memusatkan perhatian
merka pada identitas diri mereka sediri, inkulturasi, dan kebebasan mereka
untuk bertumbuh terlepas dari pengaruh-pengaruh luar dengan kumungkinan akibat
bahwa mereka akan menutup pintu-pintu mereka kepada para misionaris.
Allah sedang mempersiapkan suatu
musim semi yang agung bagi Kekristenan, dan kita sudah dapat melihat
tanda-tanda yang pertama. Orang-orang secara perlahan-lahan bergerak semakin
lebih mendekat kepada cita-cita dan nilai-nilai Injil, suatu perkembangan yang
didorong oleh Gereja. Kita mesti meningkatkan semangat kerasulan kita untuk
meneruskan kepada orang-orang lain cahaya dan kegembiraan iman. Seluruh umat
Allah mesti dididik menuju kepadacita-cita yang tinggi ini.
BAB VIII
Spiritualitas Misioner
Kegiatan misioner memerlukan suatu
spirituakitas khusus, yang teristimewa diterapkan pada semua orang yang telah
dipanggil Allah untuk menjadi misionaris-misionaris. Spiritualitas ini
pertama-tama diungkapkan dengn suatu hidup yang benar-benar taat-setia kepada
Roh. Spiritualitas inilah yang mendorong kita untuk siap sedia dibentuk dari
dalam oleh Roh. Adalah tidak mungkin memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus
tanpa mencerminkan citra-Nya, dihidupkan kembali di dalam diri kita berkat
rahmat dan kekuatan Roh.
Tugas perutusan itu sulit dan
rumit, dan menuntut keberanian dan penerangan dari Roh. Sekarang, sebagaimana
juga pada waktu itu, kita mesti memohon semoga Allah memberikan kita keberanian
di dalam memberitakan Injil. Kita mesti mempertimbangkan cara-cara ajaib dari
Roh dan membiarkan diri kita sendiri dituntun olehnya ke dalam segala
kebenaran.
Suatu corak esensial dar
spiritualitas misioner adalah persatuan akrab-mesra degan Kristus. Hendaklah
kamu dalam hidup bersama, menaru pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, yang walau pun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan tealh
mengosaongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama
dengan manusia, merendahkan diri da bahkan mati dikayu salib.
Misionaris dituntut menyangkal dirinya dan
segala sesuatu yang hingga kini dianggap miliknya, dan menjadikan dirinya
segala-galanya untuk semua orang. Maka misionaris mengalami kehadiran dari
Kristus yang membawa penghiburan yang menyertai dia pada setiap saat
kehidupannya.
Spiritualitas misionaris juga
ditandai oleh cinta kasih apostolik, cinta kasih Kristus yang datang untuk
megumpukandan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai, cinta kasih
sang Gembala mengenal domba-dombanya, sebagaimana dilakukan duldu oleh Yesus
Kristus. Misionaris itu didorong oleh semangat cinta akan jiwa-jiwa, suatu
semangat yang dijiwai oleh cinta klasih Kristus sendiri. Misionaris adalah
manusia cinta. Untuk membertikan kepada semua saudara dan saudarinya bahwa
mereka dicintai Allah dan manpu mencintai, dia mesti memperlihatkan kepada
semua, dengan memberikan hidupnya bagi sesamanya. Misioanaris adalah saudara
universal yang mengemban di dalam dirinya sendiri Roh Gereja, keterbukaanya
terhadap dan perhatiannya kepada semua orang dan individu-individi, khususnya
yang terkecil dan termiskin. Akhirnya seperti Kristus, dia mesti mencintai
Gereja. Hanya cinta yang mendalam akan Gereja dapat menopang semangat seorang
misionaris. Bagi setiap misionaris kesetiaan kepada Kristus tidak dapat
dipisahkan dari kesetiaan kepada Gereja. Seorang misionaris adalah manusia
seturut gambar Sabda Bahagia. Misionaris mengalami dan menunjukkan secara
konkret bahwa kerajaan Allah itu sudah datang dan bahwa dia telah menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar