I. Pendahuluan
Salah
satu tokoh yang sangat terkenal dalam
Filsafat Barat ialah Santo Agustinus. Paham dan ajarannya sangat berpengaruh
dalam dunia Filsafat Barat selama berabad-abad. Setelah Santo Agustinus, muncul
seorang filsuf besar yang lebih berpengaruh lagi dari pada Agustinus.
Dia adalah Thomas dari Aquino. Ajaran-ajaran Thomas menimbulkan perdebatan di dunia Barat
yang masih terpengaruh oleh ajaran Santo Agustinus yang dipengaruhi oleh Neoplatonisme.
Sedangkan Thomas sendiri lebih dipengaruhi Aristoteles.
Hadirnya ajaran Thomas Aquinas
menimbulkan perdebatan di kalangan orang-orang Kriten. Mereka ragu bahwa ajaran
Thomas dapat disatukan dengan ajaran Kristiani. Karena itu, Thomas mengeluarkan
paham dan ajarannya yang sungguh sangat berpengaruh kemudian di dalam dunia
Filsafat Barat . Salah satu ajarannya ialah tentang Pengenalan Mengenai Allah dan Pembuktian
Adanya Allah. Banyak ajarannya yang ditulis dalam beberapa tulisan,
terutama mengenai teologi. Namun, dalam tulisan ini saya hanya membahas sekilas
mengenai Pengenalan Mengenai Allah dan Pembuktian Adanya Allah.
II. Riwayat Hidup
Thomas
Aquinas lahir di Rocca Sicca, dekat Napoli,
Italia sekitar tahun 1225. Ia berasal dari keluarga bangsawan. Pertama ia studi
di Napoli, kemudian ia melanjutkannya di Paris dan di Köln. Dia
adalah salah satu murid dari Albertus Agung. Thomas mulai berkarya sebagai
pengajar di Paris
dan di Italia sejak tahun 1252. Dia meninggal sekitar umur 49 tahun pada tahun
1274 di biara Fossanuova dalam perjalanannya ke Konsili di Lyon.[1]
III. Paham Thomas Aquinas Mengenai Allah
a. Penciptaan
Paham Thomas mengenai penciptaan
mengandung konsep “Partisipasi” atau hal ambil bagian. Menurut Thomas semua
yang ada atau segala sesuatu yang diciptakan berpartisipasi dalam adanya Allah.
Segala sesuatu tergantung pada Allah. Thomas juga mengungkapkan pandangannya
tentang penciptaan yang berasala dari ketiadaan (ex nihilo). Dengan pandangan ini, mau diungkapkan bahwa Allah
mencipta secara bebas. Allah tidak mencipta dari sesuatu yang sudah ada atau
dari satu materi tertentu, tetapi Allah mencipta dari yang tidak ada. Dengan pandangan
ini Thomas mau mengungkapkan atau menekankan dua hal. Pertama, dunia ini tidak
berasal dari bahan dasar atau materi tertentu. Kedua, penciptaan tidak dibatasi
oleh waktu pada satu saat saja. Penciptaan terus berlangsung. Penciptaan yang
terus-menerus berlangsung ini selalu tergantung pada Allah.[2]
b. Pengenalan Mengenai Allah
Sebelum
menjelaskan pandangan Thomas mengenai pengenalan mengenai Allah, ia terlebih
dahulu membuktikan bahwa Allah itu sungguh ada. Thomas membuktikan itu dengan
menggunakan akal manusia. Rasio atau akal manusia dapat tahu bahwa Allah ada,
dan juga beberapa sifat Allah. Thomas mengemukakan 5 jalan membuktikan bahwa Allah
sungguh ada.
Pertama, adanya perubahan atau
gerak pasti disebabkan oleh gerak yang lain, dan gerak yang lain itu juga
disebabkan oleh gerak yang lain lagi dan seterusnya. Gerak ini akan terbatas
pada satu gerak yang tidak digerakkan. Gerak ini disebut Penggerak Petama.
Itulah Allah.[3]
Kedua, tidak ada sebab di dunia
ini yang menghasilkan dirinya sendiri. Seandainya ada, ia harus ia harus
mendahului dirinya sendiri. Sebab yang berdayaguna harus punya sebab-sebab yang
lain tanpa batas. Maka, harus ada sebab yang berdayaguna pertama, itulah Allah.[4]
Ketiga, semua yang ada dan tidak
ada, tidak berada sendiri, tetapi diadakan. Semua mungkin ada dan tidak ada.
Sesuatu hal yang tidak ada mulai berada, jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada.
Sesuatu yang telah ada ini harus juga didahului atau diadakan dari yang telah
ada sebelumnya, dan seterusnya. Maka, untuk itu harus ada satu yang mutlak.
Inilah Allah.[5]
Keempat, di dunia ini manusia
sering menilai sesuatu hal. Manusia menilai sesuatu itu kurang baik, lebih
baik, tidak benar lebih benar dan penilaian lainnya yang lebih kurang sama.
Semua penilaian ini harus mempunyai satu tolak ukur yang digunakan sebagai
patokan untuk menilai. Tolak ukur itu pastilah melebihi yang paling baik
tersebut. Itulah Allah.[6]
Kelima, semua yang tak berakal, seperti tubuh
alamiah, bertindak menuju satu tujuan akhir dengan cara tertentu untuk mencapai
satu akhir yang lebih baik. Sesuatu yang tak berakal tidak mungkin berbuat
demikian jika tidak diarahkan oleh satu hal yang berakal dan berpengetahuan.
Itulah Allah.[7]
Setelah membuktikan adanya Allah,
Thomas menjelaskan bagai mana manusia dapat mengenal Allah. Dalam pandangannya
mengenai Allah ini, kiranya ia menjelaskan apa yang sudah ada dalam paham
Aristoteles tentang Allah. Dengan kemampuan rasio manusia yang terbatas, Thomas
mengakui bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah secara langsung. Walau
demikian, menurutnya tidak tertutup kemungkinan untuk mengenal Allah, yaitu
melalui ciptaan-ciptaannya. Ada
3 cara yang dikemukakan Thomas untuk mengenal Allah.
Pertama, semua mahluk mendapat
bagian dari Allah, yaitu semua yang secara positif baik. Dari ini, semua yang
baik dalam diri mahluk menggambarkan keadaan Allah secara positif. Kedua, semua
mahluk berbeda dengan Allah, apa yang ada pada mahluk berbeda dengan apa yang
ada pada Allah. Hal ini mau menjelaskan bahwa keadaan mahluk itu jauh berbeda
dengan Allah. Allah lebih sempurna dari apa yang ada pada mahluk, meskipun ada
juga hal yang baik dimiliki oleh mahluk. Ketiga, apa yang baik pada mahkluk
pasti dimiliki oleh Allah secara lebih baik dan sempurna melebihi semua mahluk.[8]
IV. Penutup
Dari penjelasan atau paham Thomas
Aquinas mengenai Allah ini, mau dibuktikan bahwa manusia dapat mengenal Allah
dengan kemampuan akal atau rasio. Walau pun Thomas mengetahui bahwa manusia
tidak dapat mengenal Allah dengan sempurna, namun bukan berarti kita tidak
dapat mengenal Dia. Thomas sudah membuktikannya bahwa rasio mampu untuk
mengenal Allah. Dengan bukti dan cara mengenal Allah ini, Thomas juga
menyatakan bahwa Allah adalah yang paling besar dan paling sempurna dari semua mahluk. Semua yang
paling baik yang ada pada mahluk hanya sebagian dari apa yang ada pada Allah.
Allahlah yang paling besar dan yang paling sempurna.
Dengan ini, Thomas juga dapat
mendamaikan ajarannya yang dipengaruhi Aristoteles tidak bertentangan dengan
ajaran Kristiani yang sudah terpengaruh oleh paham Agustinus selama
berabad-abad. Ajaran ini juga mau membela eksistensi Allah terhadap pandangan
orang-orang ateis pada saat itu. Thomas membuktikan bahwa Allah itu
sungguh-sungguh ada dan nyata. Dengan bukti dan cara mengenal Allah ini Thomas
sebenarnya melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Aristoteles.
Dengan munculnya Thomas Aquinas sungguh
mengubah dunia filsafat. Sebelumnya, filsafat hanya dipandang sebagai hamba
dari teologi, namun setelah adanya ajaran dari Thomas, filsafat dibedakan dari
teologi dan berdiri sendiri. Filsafat tidak lagi dipandang sebagai hamba dari
teologi, melainkan persiapan untuk masuk ke dalam teologi.
Daftar Pustaka
Clark. Mary T. (ed), An Aquinas Reader, New
York: Image Book, 1972.
Suseno
F. Magnis. 13 Tokoh Etika, Jakarta: Kanisius, 1997.
Bertens. K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Jakarta:
Kanisius, 1997,
Hadiwijono. Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta: Kanisius, 1980
[1] Franz
Magnis Suseno. 13 Tokoh Etika
(Jakarta, Kanisius, 1997), hal. 82.
[2] K.
Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat
(Jakarta: Kanisiua, 1997), hal. 36.
[3]
Mary T. Clark (ed), An Aguinas Reader
(New York: Image Book, 1972), hal. 122.
[4] Mary
T. Clark (ed), An Aquinas, ... hal.
123.
[5]
Mary T. Clark (ed), An Aquinas,… hal.
123.
[6]
Mary T. Clark (ed), An Aquinas,… hal.
124.
[7]
Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat
Barat I (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal. 107.
[8] H.
Hadiwijono. Sari Sejarah,… hal. 107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar