Sabtu, 26 Mei 2012

THOMAS AQUINAS (Pengenalan Mengenai Allah) Oleh: Jani Anwar



I. Pendahuluan
              Salah satu  tokoh yang sangat terkenal dalam Filsafat Barat ialah Santo Agustinus. Paham dan ajarannya sangat berpengaruh dalam dunia Filsafat Barat selama berabad-abad. Setelah Santo Agustinus, muncul seorang filsuf besar  yang  lebih berpengaruh lagi dari pada Agustinus. Dia adalah Thomas dari  Aquino. Ajaran-ajaran  Thomas menimbulkan perdebatan di dunia Barat yang masih terpengaruh oleh ajaran Santo Agustinus yang dipengaruhi oleh Neoplatonisme. Sedangkan Thomas sendiri lebih dipengaruhi Aristoteles.
              Hadirnya ajaran Thomas Aquinas menimbulkan perdebatan di kalangan orang-orang Kriten. Mereka ragu bahwa ajaran Thomas dapat disatukan dengan ajaran Kristiani. Karena itu, Thomas mengeluarkan paham dan ajarannya yang sungguh sangat berpengaruh kemudian di dalam dunia Filsafat Barat . Salah satu ajarannya ialah tentang Pengenalan Mengenai Allah dan Pembuktian Adanya Allah. Banyak ajarannya yang ditulis dalam beberapa tulisan, terutama mengenai teologi. Namun, dalam tulisan ini saya hanya membahas sekilas mengenai Pengenalan Mengenai Allah dan Pembuktian Adanya Allah. 

II. Riwayat Hidup
              Thomas Aquinas lahir di Rocca Sicca, dekat Napoli, Italia sekitar tahun 1225. Ia berasal dari keluarga bangsawan. Pertama ia studi di Napoli, kemudian ia melanjutkannya di Paris dan di Köln. Dia adalah salah satu murid dari Albertus Agung. Thomas mulai berkarya sebagai pengajar di Paris dan di Italia sejak tahun 1252. Dia meninggal sekitar umur 49 tahun pada tahun 1274 di biara Fossanuova dalam perjalanannya ke Konsili di Lyon.[1]

III. Paham Thomas Aquinas Mengenai Allah
a. Penciptaan
              Paham Thomas mengenai penciptaan mengandung konsep “Partisipasi” atau hal ambil bagian. Menurut Thomas semua yang ada atau segala sesuatu yang diciptakan berpartisipasi dalam adanya Allah. Segala sesuatu tergantung pada Allah. Thomas juga mengungkapkan pandangannya tentang penciptaan yang berasala dari ketiadaan (ex nihilo). Dengan pandangan ini, mau diungkapkan bahwa Allah mencipta secara bebas. Allah tidak mencipta dari sesuatu yang sudah ada atau dari satu materi tertentu, tetapi Allah mencipta dari yang tidak ada. Dengan pandangan ini Thomas mau mengungkapkan atau menekankan dua hal. Pertama, dunia ini tidak berasal dari bahan dasar atau materi tertentu. Kedua, penciptaan tidak dibatasi oleh waktu pada satu saat saja. Penciptaan terus berlangsung. Penciptaan yang terus-menerus berlangsung ini selalu tergantung pada Allah.[2]

b. Pengenalan Mengenai Allah
              Sebelum menjelaskan pandangan Thomas mengenai pengenalan mengenai Allah, ia terlebih dahulu membuktikan bahwa Allah itu sungguh ada. Thomas membuktikan itu dengan menggunakan akal manusia. Rasio atau akal manusia dapat tahu bahwa Allah ada, dan juga beberapa sifat Allah. Thomas mengemukakan 5 jalan membuktikan bahwa Allah sungguh ada.
              Pertama, adanya perubahan atau gerak pasti disebabkan oleh gerak yang lain, dan gerak yang lain itu juga disebabkan oleh gerak yang lain lagi dan seterusnya. Gerak ini akan terbatas pada satu gerak yang tidak digerakkan. Gerak ini disebut Penggerak Petama. Itulah Allah.[3]
              Kedua, tidak ada sebab di dunia ini yang menghasilkan dirinya sendiri. Seandainya ada, ia harus ia harus mendahului dirinya sendiri. Sebab yang berdayaguna harus punya sebab-sebab yang lain tanpa batas. Maka, harus ada sebab yang berdayaguna pertama, itulah Allah.[4]
              Ketiga, semua yang ada dan tidak ada, tidak berada sendiri, tetapi diadakan. Semua mungkin ada dan tidak ada. Sesuatu hal yang tidak ada mulai berada, jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang telah ada ini harus juga didahului atau diadakan dari yang telah ada sebelumnya, dan seterusnya. Maka, untuk itu harus ada satu yang mutlak. Inilah Allah.[5]
              Keempat, di dunia ini manusia sering menilai sesuatu hal. Manusia menilai sesuatu itu kurang baik, lebih baik, tidak benar lebih benar dan penilaian lainnya yang lebih kurang sama. Semua penilaian ini harus mempunyai satu tolak ukur yang digunakan sebagai patokan untuk menilai. Tolak ukur itu pastilah melebihi yang paling baik tersebut. Itulah Allah.[6]
               Kelima, semua yang tak berakal, seperti tubuh alamiah, bertindak menuju satu tujuan akhir dengan cara tertentu untuk mencapai satu akhir yang lebih baik. Sesuatu yang tak berakal tidak mungkin berbuat demikian jika tidak diarahkan oleh satu hal yang berakal dan berpengetahuan. Itulah Allah.[7]
              Setelah membuktikan adanya Allah, Thomas menjelaskan bagai mana manusia dapat mengenal Allah. Dalam pandangannya mengenai Allah ini, kiranya ia menjelaskan apa yang sudah ada dalam paham Aristoteles tentang Allah. Dengan kemampuan rasio manusia yang terbatas, Thomas mengakui bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah secara langsung. Walau demikian, menurutnya tidak tertutup kemungkinan untuk mengenal Allah, yaitu melalui ciptaan-ciptaannya. Ada 3 cara yang dikemukakan Thomas untuk mengenal Allah.
              Pertama, semua mahluk mendapat bagian dari Allah, yaitu semua yang secara positif baik. Dari ini, semua yang baik dalam diri mahluk menggambarkan keadaan Allah secara positif. Kedua, semua mahluk berbeda dengan Allah, apa yang ada pada mahluk berbeda dengan apa yang ada pada Allah. Hal ini mau menjelaskan bahwa keadaan mahluk itu jauh berbeda dengan Allah. Allah lebih sempurna dari apa yang ada pada mahluk, meskipun ada juga hal yang baik dimiliki oleh mahluk. Ketiga, apa yang baik pada mahkluk pasti dimiliki oleh Allah secara lebih baik dan sempurna melebihi semua mahluk.[8]

IV. Penutup
              Dari penjelasan atau paham Thomas Aquinas mengenai Allah ini, mau dibuktikan bahwa manusia dapat mengenal Allah dengan kemampuan akal atau rasio. Walau pun Thomas mengetahui bahwa manusia tidak dapat mengenal Allah dengan sempurna, namun bukan berarti kita tidak dapat mengenal Dia. Thomas sudah membuktikannya bahwa rasio mampu untuk mengenal Allah. Dengan bukti dan cara mengenal Allah ini, Thomas juga menyatakan bahwa Allah adalah yang paling besar dan  paling sempurna dari semua mahluk. Semua yang paling baik yang ada pada mahluk hanya sebagian dari apa yang ada pada Allah. Allahlah yang paling besar dan yang paling sempurna.
              Dengan ini, Thomas juga dapat mendamaikan ajarannya yang dipengaruhi Aristoteles tidak bertentangan dengan ajaran Kristiani yang sudah terpengaruh oleh paham Agustinus selama berabad-abad. Ajaran ini juga mau membela eksistensi Allah terhadap pandangan orang-orang ateis pada saat itu. Thomas membuktikan bahwa Allah itu sungguh-sungguh ada dan nyata. Dengan bukti dan cara mengenal Allah ini Thomas sebenarnya melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Aristoteles.
              Dengan munculnya Thomas Aquinas sungguh mengubah dunia filsafat. Sebelumnya, filsafat hanya dipandang sebagai hamba dari teologi, namun setelah adanya ajaran dari Thomas, filsafat dibedakan dari teologi dan berdiri sendiri. Filsafat tidak lagi dipandang sebagai hamba dari teologi, melainkan persiapan untuk masuk ke dalam teologi. 






Daftar Pustaka

Clark. Mary T. (ed), An Aquinas Reader, New York: Image Book, 1972.
Suseno F. Magnis. 13 Tokoh Etika, Jakarta: Kanisius, 1997.
Bertens. K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Jakarta: Kanisius, 1997,
Hadiwijono. Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta: Kanisius, 1980




[1] Franz Magnis Suseno. 13 Tokoh Etika (Jakarta, Kanisius, 1997), hal. 82.
[2] K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat (Jakarta: Kanisiua, 1997), hal. 36.
[3] Mary T. Clark (ed), An Aguinas Reader (New York: Image Book, 1972), hal. 122.

[4] Mary T. Clark (ed), An Aquinas, ... hal. 123.
[5] Mary T. Clark (ed), An Aquinas,… hal. 123.
[6] Mary T. Clark (ed), An Aquinas,… hal. 124.
[7] Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat I (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal. 107.

[8] H. Hadiwijono. Sari Sejarah,… hal. 107

Tidak ada komentar:

Posting Komentar