Sabtu, 26 Mei 2012

SI BELANG CUPING (Mitos Asal-usul Marga Barus) Oleh: Jani Anwar




              Setiap marga dalam suku Karo mempunyai mitos tentang marganya masing-masing. Begitu juga dengan marga Barus. Jika kita berbicara tentang marga Barus, itu akan selalu dihubungkan dengan suatu daerah yang bernama Sipitu Kuta. Di tempat inilah marga Barus diyakini mulai berkembang.[1]
              Munculnya marga Barus di tempat ini dihubungkan dengan sosok seorang manusia yang aneh dan mempunyai kekuatan magis yang cukup kuat. Namanya tidak pernah diketahui, tetapi sering disebut dengan sebutan Si Belang Cuping. Dia dipanggil dengan sebutan itu karena dia memiliki kedua daun kuping yang lebar dan panjang. Karena begitu panjang kupingnya, setiap kali hendak tidur dia menggunakan yang satu sebagai tikar dan yang lain sebagai selimut. Meski bentuk tubuhnya yang aneh, tetapi dia sungguh baik dan suka menolong orang lain dalam keadaan susah.[2]
              Diceritakan juga bahwa Si Belang Cuping ini memiliki isteri yang adalah adiknya sendiri. Dia datang ke daerah Adjinembah karena diusir oleh orang tua dan orang-orang sedesanya. Si Belang Cuping dan isterinya merupakan anak angkat dari orang tuanya, karena anak kandung dari orang tuanya tidak ada. Pekerjaan mereka sekeluarga setiap hari mengumpulkan kapur barus.[3] 
               Menurut cerita, Si Belang Cuping ini mulai dikenal di daerah Karo ketika raja dari desa Adjinembah yang bermarga Ginting Munthe mengadakan pesta besar. Raja membuat pesta besar atas rumahnya megah yang dibangun oleh menantunya. Rumah itu disebut Rumah Sipitu Ruang. Tetapi, raja membuat kesalahan dalam pesta tersebut, maka dengan kesalahan raja itu, menantunya yang adalah seorang Umang (mahluk halus), membuat satu hukuman kepada raja. Umang dengan kekuatan magisnya menambah orang-orang untuk datang ke pesta itu. Setiap orang yang datang tidak sadar dan tidak bisa pulang. Ketika tamu-tamu keluar dari pintu yang satu, akan masuk dari pintu yang lain. Demikianlah terjadi beberapa hari lamanya. Kejadian ini membuat gelisah hati raja, karena persediaan makanan sudah mulai habis dan semua ternak sudah dipotong.[4]
              Dalam kegelisahan raja ini, dia meminta supaya dicari orang untuk membantu dia memulangkan tamu-tamunya itu. Kemudian diusulkan seseorang yang mungkin dapat membantu raja untuk memulangkan tamu-tamunya. Kemudian dipanggillah orang yang dipercaya dapat membantu raja itu. Ternyata dia adalah Si Belang Cuping. Memang setelah dia membuat suatu ramuan yang dioleskan di kepala setiap tamu, mereka langsung sadar dan tahu jalan pulang ke rumah masing-masing. Atas  jasa dari Si Belang Cuping ini, raja dan semua rakyatnya memakai ramuan itu dengan nama Tepung Tawar. Ini dikenal dan dipakai sampai sekarang. Raja mengajak Si Belang Cuping untuk tinggal di desanya, tetapi dia menolaknya. Karena Si Belang Cuping menolak permintaan raja untuk tinggal di desa itu, raja mengangkat Si Belang Cuping menjadi Kalimbubu kuta Adjinembah, yang rajanya bermarga Ginting Munthe. Ini merupakan kehormatan yang sungguh besar untuk pihak Si Belang Cuping.[5]
              Tidak lama setelah kejadian itu, terjadi kemarau panjang di desa Adjinembah tersebut. Dengan kejadian ini, orang-orang menuduh bahwa itu terjadi karena Si Belang Cuping ada di daerah mereka yang telah kawin sumbang. Maka mereka mengusir Si Belang Cuping dari daerah mereka. Tapi, melihat penderitaan orang-orang di desa itu, sebelum pergi meninggalkan mereka, Si Belang Cuping mengatakan kepada raja supaya mereka harus melakukan upacara siram-siraman tanpa pantang adat. Upacara ini dikenal dengan Ersimbu. Setelah itu hujan pun turun. Raja hendak berterimakasih atas jasa Si Belang Cuping sekali lagi, tetapi dia sudah pergi. Dengan ini sampai sekarang bagi masyarakat Karo masih tetap dikenal upacara Ersimbu.[6]
              Kemudian Si Belang Cuping pergi kesebuah daerah yang dikenal sekarang dengan nama Barus Julu. Namun dia tidak lama tinggal di tempat ini dan langsung pindah ke daerah Deli Hulu. Di sana dia mempunyai tiga orang anak laki-laki. Ketiga anaknya ini akhirnya pun merantau. Anak yang bungsu pergi ke darah Deli Hilir, yang akhirnya menjadi nenek moyang ketujuh Sinembah Deli dan Sinembah Serdang. Anaknya yang nomor dua menetap bersama Si Belang Cuping dan ibunya. Sedangkan yang sulung pergi ke Tanah Tinggi Karo yang akhirnya menjadi raja di daerah yang dikenal sekarang dengan nama Barus Jahe. Ketika Si Belang Cuping telah memiliki kekayaan, dia pergi ke Aceh untuk mencari kedudukan di sana. Di Aceh dia menikah dengan seorang perempuan dan mendapat seorang anak laki-laki. Dari anaknya ini semua keturunan Si Belang Cuping beragama Islam.[7]
              Dari keturunan Si Belang Cuping yang sulung, yang tinggal di Barus Jahe tadi, akhirnya berkembang marga Barus yang paling dikenal sebagai penerus marga Barus terbesar di daerah Sumatra. Kelima marga Barus yang dikenal dan terbesar itu ialah, Barus Jambur Lige, Barus Rumah Beras, Barus Rumah Sigedang, Barus Pinto, dan Barus Siniring.[8]

Komentar
              Cerita asal-usul marga Barus di atas masih sering diceritakan kepada setiap orang yang berasal dari keturunan yang bermarga Barus. Saya pun masih sempat mendengar cerita ini dari kakek saya beberapa kali. Dan cerita ini juga saya dengar dari seorang bapak yang bermarga Barus di daerah Tiga Juhar, Semenanjung Tanjung Hilir. Semua keturunan Barus meyakini bahwa Si Belang Cupinglah nenek moyang mereka, karena dari setiap generasi dikisahkan seperti itu.
              Dari kisah diatas terkandung nilai magis yang tetep diyakini hingga sekarang. Seperti ritual Ersimbu tersebut tetap dilakukan sebagai salah satu ritual pada musim kemarau oleh masyarakat Karo. Ritual ini diyakini berasal dari Si Belang Cuping kepada raja desa Adjinembah. Dengan ritual ini masyarakat percaya akan membawa hujan yang dinanti-nanti pada musim kemarau.
              Satu lagi yang tetap dipakai masyarakat Karo sampai saat ini ialah  Tepung Tawar. Ini merupakan satu makanan yang dibuat saat satu keluarga hendak memasuki rumah baru. Dengan membuat Tepung Tawar ada harapan keluarga akan tetap berada dalam keadaan tentram tanpa ada yang mengganggu. Keyakinan ini berasal dari cerita tentang Si Belang Cuping tersebut, ketika membebaskan tamu-tamu Raja Adjinembah pada pesta memasuki rumah barunya. Mereka bebas dari ilmu sihir Umang ketika ramuan yang diberikan Si Belang Cuping dioleskan kepada mereka, yakni Tepung Tawar.
              Dalam adat-istiadat Karo, hingga saat ini desa Adjinembah memberi satu tempat kehormatan kepada marga Barus dalam pesta adat tahunan mereka. Marga Barus menjadi Kalimbubu Kuta dalam acara desa tersebut. Kebiasaan ini terjadi diyakini berasal dari cerita tentang Si Belang Cuping dengan Raja Adjinembah tersebut yang mengangkatnya menjadi Kalimbubu Kuta desa Adjinembah. Sampai sekarang hanya marga Baruslah yang menempati kedudukan itu. Dan dari pihak Si Belang Cuping yang pernah tinggal di Barus Jahe, mengangkat marga Ginting Munthe menjadi Anak Beru Kuta desa Barus Jahe, sehingga sampai saat ini ada satu daerah di desa itu yang disebut Kesain Ginting Munthe.[9]
              Inilah cerita tentang marga Barus yang diyakini dan dikisahkan sampai saat ini dikalangan keturunan Barus dan orang-orang Karo. Dari kisah tersebut ada juga beberapa unsur budaya yang dipertahankan dan diyakini seperti yang terdapat dalam kisah Si Belang Cuping tersebut.




DAFTAR PUSTAKA
             
                  Neumann, J. H. Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, Jakarta: Bhratara, 1972.
            Tamboen, P. Adat Istiadat Karo, Jakarta: Balai Pustaka, 1952


[1]J. H. Neumann, Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, (Jakarta: Bhratara,1972), hlm.17.
[2]J. H. Neumann, Sejarah Batak Karo…, hlm.17.
[3]P. Tamboen, Adat Istiadat Karo, (Jakarta: Balai Pustaka,1952), hlm. 33-34.
[4]P. Tamboen, Adat Istiadat…, hlm. 34-35.
[5]J. H. Neumann, Sejarah Batak Karo…, hlm..hlm.18. bdk, P. Tamboen, Adat Istiadat…, hlm.35
[6]P. Tamboen, Adat Istiadat…,hlm. 35.
[7]J. H. Neumann, Sejarah Batak Karo…, hlm. 18-19. bdk, P. Tamboen, Adat Istiadat…, hlm. 36-38.
[8] P. Tamboen, Adat Istiadat…, hlm. 37.
[9] P. Tamboen, Adat Istiadat…, hlm. 36-37..

28 komentar:

  1. pagi bang.. saya mau tanya apakah cowok marga sihombing boleh pacaran atau menikah dengan cewek boru Barus?

    mohon informasinya ya bang.
    makasih

    BalasHapus
  2. tolong dijawab pertanyaan diatas.. sy juga ingin tau..

    BalasHapus
  3. Dulu saya pernah membaca sebuah buku yg menceritakan sejarah Marga Barus ke Tanah Karo, tapi sungguh berbeda dengan admin yg sudah sampaikan disini. Tapi seingat saya dari buku yg pernah saya baca adalah seperti ini, Anak Raja Barus ada 3 org laki2, kqrena sebuah penyakit yg menimpa Raja Barus, maka Beliau menyuruh anaknya untuk pergi dan berpencar supaya tidak tertular dan keturunan Raja Barus akan tetap Bertahan. 1 org pergi ke Padang, 1 org ke jawa barat(kemungkinan besar daerah Sukabumi-Baros) dan satu lg ke Tanah Karo. 2 org yg ke Baros dan Padang tidak bisa ditelusuri lagi silsilahnya. 1 org yg di Tanah karo meminta tempat untuk Raja Karo dan memberikan sebuah Gunung ( yg dikenal dengan Deleng Barus). Barus Karo ini mempunyai 3 org anak. Yg tertua menikah dgn putri Raja dan kemudian menetap di Barus Jahe. Sedangkan Nini Bulang cuping adalah anak bungsu yg memiliki tubuh yg berbulu dan bisa mengerti dan berkomunikasi dgn Binatang. Dan memiliki cuping telinga yg Besar. Nini Belang cuping inilah yg ada di Barus Julu (tempatnya ada di cepen Gersing). CErita selanjutnya belum selesai saya baca,bukunya sudah dipinjam org lain dan org tua saya lupa siapa yg meminjam buku tsb. Saya adalah org Barus Julu dan Kakek saya bercerita pada wkt dia berumur 10 tahun masih sempat menyembah Nini Belang Cuping, dengan memlepaskan 1 cuping telinga bisa menjadi tempat duduk 100-an org. Hingga akhirnya Agama Advent pertama kali masuk di Barus julu penyembahan kepada Nini Belang Cuping sudah mulai berkurang, dan semakin bertambahnya ajaran agama yg masuk ke Barus julu dan penyembahan kepada Nini Belang Cuping sudah hilang. Sekian dan terima kasih. Mejuahjuah man banta kerina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah saya di ceritakan dari kakek nenek saya, sama seperti yg di ceritakan oleh admin...

      Hapus
  4. Bujur ras mejuah-juah senina.... Semoga generasi Barus selanjutnya jaya, sukses dan bijaksana

    BalasHapus
  5. Yang inti nya kita bersyukur aja atas merga yg kita punya

    BalasHapus
  6. Dan saya dr dulu ingin buat sebuah persatuan merga barus se kota medan jika teman2 mau kita bisa utk saling mengenal ini no saya pribadi dan wa saya 081396949020

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gini bang klo barus ini dlm batak tobanya masuk marga mna ya,,,

      Hapus
  7. Balasan
    1. Manusia ke 2 di bumi hadir di pusuk buhit.

      Hapus
  8. Emng abg org mana Antonius barus

    BalasHapus
  9. Apa pun itu saya sangat bangga dengan marga BARUS 😍😍😍

    BalasHapus
  10. Pas nge bagi katandu bang antonisu barus.sibahan me perpulungen Barus se kota medan.gelah ersada arihta kerina marga Barus e.uga akakndu bang..

    BalasHapus
  11. Saya setuju dibuat satu perkumpulan merga barus sedunia🙏🙏🙏🙏

    BalasHapus
  12. Saya setuju dengan apa yang di bilang bg antonius barus

    BalasHapus
  13. silahkan yg mau membuat perkumpulan marga barus kita buat group whassap bagi yg minat silahkan chat di wa , saya 083166055520 bujur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tama ge aku kubas grup Barus ena pa.. aku Barus .anak Keleng Barus perkolong kolong ..mejuah juah juah bujur

      Hapus
  14. Saya belum tau Barus yang mana

    BalasHapus
  15. Mohon bertanya buang abgw semua
    Adakah yg tau sejarah tentang Barus kau polo🙏🙏

    BalasHapus
  16. Kita sdh membuat persatuan BSD (BARUS SE DONI)
    siahkan hubungi di WA saya 0811624655

    BalasHapus
  17. Klo Kta Barus ini,, dlam kumpulan marga batak tobanya massuk marga apa kita ini,, mohon pnjlasannya...

    BalasHapus
  18. Kalau ngga Salah di Batak Toba marga Barus itu Masuk Ke keturunan Tuan Sihubil dari Silsilah Siraja Batak.Tuan Sihubil Mempunyai 1 Anak yaitu Sapala Tua Tappuk Nabolon Kalau sekarang Di Sebut Marga Tampubolon. Sapala Tua Tappuk Nabolon Memili 3 Anak Yaitu : 1. Raja Mataniari/Raja Manorsa, 2. Raja Niapul, 3. Raja Siboro. Seterusnya Anak Pertama yaitu Raja Mataniari/Raja Manorsa memiliki 8 Anak dari 3 Istri.
    Istri Pertama yaitu dari Boru Siahaan Hinalang 4 orang anak yaitu :
    1. Op. Rudang Nabolon.
    2. Op. Sidomdom.
    3. Op. Simangan Didalan.
    4. Op. Ginjang Ni Porhas.
    Dari Istri kedua Boru Torus 2 anaknya yaitu :
    1. Sondi Raja (Silaen)
    2. Badia Raja (Sitompul)
    Dikala berjalannya Waktu Istri pertama dan kedua Raja Mataniari kurang akur(Cekcok) Raja Mataniari Pergi Ke Daerah Kota Tua/Barus, karena didaerah tersebut sangat kuat bermain menggunakan Magic dalam menyelesaikan suatu Permasalahan/Perkara, disana Raja Mataniari karena Kesaktiannya dapat mendamaikan keributan antar kampung sehingga Raja Mataniari Menikah dengan boru Borbor (Boru Pasaribu/Istri Ke tiga) dari Istri Ketiga di Barus Lahirlah 2 anak Yaitu :
    1. Raja Unduk/Sibelang Pinggel (kalau dari daerah asli Barus masih memakai marga Pohan Barus, kalau di tanah karo hanya Menggunakan Marga Barus) knpa dikatakan Siraja Unduk, karena Setiap Berjalan karena Kesaktiannya dan Telinganya besar membuat diberjalan selalu tunduk.
    2. Alang Pardosi (marga Raja Alang Pardosi/ atau sering hanya memakai Pardosi saja tapi kalau ditanya dari Barus pasti sudah memahami)

    Ini hanya Sekilas atau kulitnya saja yang saya ceritain ya, Kepada saudara2 saya yang bermarga Barus dari Tanah Karo. Bisa dicari Tau sendiri sejarahnya, dengan Datang ke Tugu Tuan Sihubil yang ada di Balige, Dan Makam Raja Mataniari yang ada di Papan tinggi Barus/Pakkat. Dan sekarang juga sudah ada grup WA Popparan Raja Mataniari/Raja Manorsa yang didalamnya tergabung semua keturunan Raja Mataniari/Raja Manorsa dari ketiga Istrinya. Demikian penjelasan singkat saya, Kurang lebihnya dapat ditelusirin, mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.🙏🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti gan, dari silsilah tersebut barus ini sama ya dengan tampubolon kalo ke batak toba?

      Hapus
  19. Saya sudah beberapa kali berjiarah ke makam (leluhur)bulang belang pingel ini di desa gurisen kecamatan barusjahe,tapi yang boleh berjiarah kesana hanya bermarga barus,dan saya merga barus lige.
    Ada 3 makam disana,tapi memang dulunya kami semua muslim.

    BalasHapus